Berita Baru

Tri Hita Karana: Harmoni Manusia, Alam, dan Tuhan


Tri Hita Karana adalah tiga penyebab kebahagiaan. Kebahagian akan terwujud apabila kita telah mampu mewujudkan suatu harmoni. Harmoni adalah suatu hubungan yang selaras dan seimbang antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungan. (Wiana, 2007: 5-6). Atas dasar pengertian keharmonisan inilah maka orang-orang Hindu tetap tidak mau memisahkan agama mereka dari kehidupan sehari-hari, atau untuk memisahkan kepercayaan dari kepercayaan besar lainnya di dunia.

Saya pernah membaca postingan seseorang di facebook yang bertanya mengenai:
Kenapa pohon beringin di Bali ada kainnya? Kenapa pohon di bali ada sesajennya?
Seperti itulah pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari beberapa netizen facebook. Bukan hanya satu atau dua yang bertanya demikian. Saya menjadi tergerak untuk membahas hal tersebut pada postingan blog kali ini yang semoga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Om Swastiastu,

Dalam agama Hindu, kami meyakini konsep Tri Hita Karana yang berarti kebahagiaan bersumber dari keharmonisan manusia dengan Tuhan, semesta, dan sesama. Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang berarti tiga, “Hita” yang berarti kebahagiaan dan “Karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan”.

­Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 Nopember 1966 yaitu saat diselenggarakan Konferensi Daerah I Badan Perjuangan Umat Hindu yang bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan dengan berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan memasyarakat sampai saat ini.

Pada dasarnya hakikat ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan ke Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Adapun bagian-bagian dari Tri Hita Karana, yaitu:

Parahyangan 

Sumber gambar : bali-inside.com
Manusia adalah ciptaan Tuhan, sedangkan Atman yang ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang menyebabkan manusia dapat hidup. Dilihat dari segi ini sesungguhnya manusia itu berhutang nyawa terhadap Tuhan. Oleh karena itu setiap manusia wajib berterima kasih, berbhakti dan selalu sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai umat Hindu yang perlu dilakukan untuk berhubungan dengan Sang Pencipta adalah melalui ajaran Catur Marga yang artinya empat jalan menuju sang pencipta. Adapun bagian-bagian dari Catur Marga, yaitu:
  1. Karma Marga
    Karma Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong Umat untuk berbuat semaksimal mungkin untuk kepentingan orang banyak atau dirinya sendiri berada dalam lingkungan itu. Apa yang dikerjakannya tersebut di landasi dengan rasa tulus iklas dan tanpa pamrih.
  2. Bhakti Marga
    Bhakti Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong Umat untuk tulus iklas mengabdi atas dasar kesadaran pengabdiaan, yang dimaksudkan disini adalah selain berbhakti kepada Hyang Widi Wasa (Tuhan) juga mengabdi untuk kepentingan masyarakat, Bangsa, dan Negara.
  3. Jnana Marga
    Jnana Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong umat untuk yang mempunyai kemampuan pemikiran – pemikiran yang cemerlang dan positif untuk disumbangkan secara sukarela dan tanpa imbalan untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.
  4. Raja Yoga Marga
    Raja Yoga Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong umat untuk selalu menghubungkan diri dengan Tuhan melalui kegiatan sembahyang, tapa (mengikuti untuk tidak melanggar larangan/ pantangan), brata (mengendalikan diri) dan semadi (selalu menghubungkan diri dengan berpasrah diri kepada Tuhan melalui berjapa/jikir).
Penerapan parahyangan dalam kehidupan manusia adalah sujud bakti kepada Tuhan. Di dalam ajaran agama Hindu dapat juga diwujudkan dengan Dewa Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kepada dewa-dewa. Penerapan parahyangan juga dapat dilakukan dengan mengendalikan diri kita agar selalu berada di jalan-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan rajin sembahyang untuk mengucap rasa syukur kita kepada Tuhan. 

Palemahan

Sumber : posbali.id
Palemahan berasal dari kata lemah yang artinya tanah. Palemahan juga berati bhuwana atau alam. Dalam artian yang sempit palemahan berarti wilayah sutu pemukiman atau tempat tinggal. Untuk mencapai kehidupan yang damai, tenang, dan tentram, manusia tidak bisa hidup tanpa bhuwana agung (alam semesta). Manusia hidup di alam dan dari hasil alam. Hal inilah yang melandasi terjadinya hubungan harmonis antara manusia dengan alam semesta ini.

Untuk tetap menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam, umat Hindu melaksanakan upacar tumpek uye (tumpek kandang), yang bertujuan untuk menjaga kelestarian hidup binatang dan melaksanakan upacara tumpek wariga (tumpek bubuh) untuk melestarikan tumbuh-tumbuhan.

Pawongan

Sumber : volunteerprogramsbali.org
Pawongan adalah hubungan harmonis antara sesama umat manusia. Dalam hal ini ditekankan agar sesama umat beragama untuk selalu mengadakan komunikasi dan hubungan yang harmonis melalui kegiatan Sima Krama Dharma Santhi / silahturahmi. 

Pada mulanya Tuhan yang lebih dulu menciptakan bhuwana atau alam, maka munculah palemahan, setelah itu barulah beliau menciptakan manusia beserta mahluk hidup lainya. Setelah manusia berkembang dan menghimpun diri dalam kehidupan bersama dan mendiami suatu wilayah tertentu maka muncullah masyarakat yang disebut dengan pawongan. Penerapan pawongan ini adalah membina hubungan yang baik antar sesama manusia agar tercipta kehidupan yang rukun dan harmonis serta saling membantu sesama manusia dengan hati yang penuh dan cinta kasih.

Nah itulah penjelasan singkat mengenai konsep Tri Hita Karana dalam agama Hindu. Pertanyaan mengenai mengapa pohon di  Bali ada kain atau sesajennya itu tidak lepas dari pengamalan Tri Hita Karana yaitu palemahan. Dimana hal tersebut menunjukkan rasa terima kasih kepada alam semesta atas apa yang diberikannya kepada umat manusia. 

Sekian dari saya, semoga postingan dalam blog ini bermanfaat bagi para pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada pembaca.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Sumber referensi artikel
  • Indra, "Tri Hita Karana, Konsep Universal Mewujudkan Dunia Yang Harmonis". 28 Februari 2009. http://shevceba.blogspot.com/2009/02/tri-hita-karana-konsep-universal.html [diakses tanggal 1 Juni 2018]
  • Dewa Putu Artawan, MM. "Tri Hita Karana". Sebuah Makna. 9 Maret 2011. http://dartawan.blogspot.com/2011/03/tri-hita-karana.html [diakses tanggal 1 Juni 2018]
  • Wikipedia Bahasa Indonesia. "Tri Hita Karana". https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_Karana [diakses tanggal 1 Juni 2018]

No comments:

Powered by Blogger.