Mewujudkan Kehidupan yang Damai Melalui Tat Twam Asi
Om Swastiastu,
Semua orang pasti menginginkan kehidupan dunia yang damai. Tidak ada peperangan, tidak ada kerusuhan, tidak ada kejahatan dan tidak ada perselisihan. Betapa indahnya jika semua manusia hidup berdampingan secara harmonis. Hidup dengan menjungjung tinggi persatuan dan tanpa mempermasalahkan perbedaan. Mari bersama kita lihat di sekitar kita, apakah sudah mencerminkan kedamaian yang kita impikan?
Surat kabar, forum online, dan berita televisi
akhir-akhir ini mewartakan banyak sekali berita-berita mengejutkan yang membuat
hati ini teriris. Contohnya yang mengejutkan Indonesia pada bulan Mei lalu,
yaitu rentetan peristiwa pengeboman yang terjadi di Surabaya. Rentetan
peristiwa tersebut kembali mengusik kedamaian di Indonesia, sehingga dari sana
timbullah sebuah tanda tanya besar “Sudah damaikah Indonesiaku?”
Kita berharap hidup dalam tatanan dunia yang damai.
Tapi, apakah kita dapat hidup dalam dunia yang damai jika orang di dalamnya
tidak bisa belajar untuk berdamai? Apakah kita bisa hidup dalam dunia yang damai
jika orang-orang di dalamnya masih sibuk mempermasalahkan perbedaan yang ada?
Tentu tidak. Saya yakin dan percaya bahwa semua agama pasti mengajarkan tentang
perdamaian, tidak terkecuali pada agama saya, yaitu Agama Hindu.
Dalam agama Hindu terdapat satu ajaran yang disebut
Tat Twam Asi. Konsep ini mengajarkan kepada kita bahwa antara anda dan saya
adalah sama. Ajaran Tat Twam Asi ini memberi tahu kita untuk memperlakukan
orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan, karena sejatinya kita adalah
sama. Sebelum kita menggali makna Tat Twam Asi pada postingan ini, mari kita
dengarkan senandung indah dari lagu di bawah ini.
Tat Twam Asi
adalah ajaran tata Susila dalam
agama Hindu. Susila adalah istilah lain dari Ethika dan Moral, merupakan dua
buah kata dalam kehidupan yang dipergunakan silih berganti untuk maksud yang
sama. Kata Susila terdiri dari kata “Su” yang berarti baik dan “Sila” berarti
segala kebiasaan atau tata laku. Susila berarti perbuatan yang baik atau tata
laku yang baik. Tujuan tata Susila adalah untuk membina hubungan yang selaras
atau hubungan yang rukun antara seseorang dengan makhluk yang hidup di alam
sekitarnyarnya.
Di dalam bahasa Sansekerta, kata ”tat” berasal dari
suku kata ”tad” yang berarti ”itu” atau ”dia”. Kata ”tvam’ berasal dari suku
kata ”yusmad” yang berarti ”kamu” dan ”asi” berasal dari urat kata ” as(a) ”
yang berarti ”adalah”. Jadi secara sederhana kata ”Tat Twam Asi” bisa diartikan
” kamu adalah dia” atau ”dia adalah kamu”.
Maksud yang terkandung dalam ajaran Tat Twam Asi ini
“ia adalah kamu, saya adalah kamu, dan semua makhluk adalah sama” sehingga bila
kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri. Didalam
filsafat Hindu dijelaskan bahwa Tat Twam Asi
adalah ajaran kesusilaan yang tanpa batas, yang identik dengan
“prikemanusiaan” dalam Pancasila. Konsep sila prikemanusiaan dalam Pancasila,
bila kita cermati sungguh-sungguh adalah merupakan realisasi ajaran Tat Twam
Asi.
Di dalam upanisad terdapat suatu kalimat yang
berbunyi:
Brahman Atman Aikyam
Yang artinya adalah Brahman dan Atman (jiwatman)
adalah tunggal. Jiwatman semua makhluk tunggal dengan Brahman (Hyang Widhi
Wasa). Oleh karena jiwatma semua makhluk tunggal dengan Brahman (Hyang Widhi
Wasa), maka jiwatma suatu makhluk tunggal juga dengan semua jiwatma dan sama
dengan jiwatma (roh) semua makhluk. Jadi kesadaran akan tunggalnya jiwatma
(roh) kita dengan jiwatma (roh) orang atau mahluk lain, menimbulkan kesadaran
bahwa kita sebenarnya satu dan sama dengan orang atau mahluk lain.
Tat Twam Asi senantiasa mengajarkan kita untuk saling
mengasihi orang lain atau menyayangi makhluk lainnya. Bila diri kita tidak suka
dibohongi atau disakiti, maka dari itu janganlah membohongi atau menyakiti
orang lain. Karena jika tidak suka dibohongi atau disakiti, begitu juga dengan
orang lain, pasti tidak suka juga. Begitupun dengan sikap tolong-menolong. Jika
kamu menolog orang lain, berarti kamu juga menolog dirimu sendiri.
Sumber : www.wikiwand.com |
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia sangat
terkenal dengan sistem kekeluargaan dan kekerabatannya. Begitu juga dengan umat
Hindu di Bali. Pernahkah kalian mendengar kata metetulung atau mejotan?
Kedua aktivitas tersebut menunjukkan bahwa umat Hindu di Bali masih
melestarikan tradisi kekeluargaan dan kekerabatannya. Metetulung adalah
menyediakan diri untuk datang ke rumah warga lainnya yang mengadakan suatu
upacara, membangun rumah, dll. Sedangkan mejotan adalah memberi sejenis kue
atau makanan kepada tetangga ketika mengadakan suatu upacara atau selamatan.
Prinsip Tat Twam Asi dalam kehidupan adat Bali diberi pengertian ke dalam asas-asas
sebagai berikut:
- Asas suka duka, artinya dalam suka dan duka dirasakan bersama-sama.
- Asas paras paros, artinya orang lain adalah bagian dari diri sendiri dan diri sendiri adalah bagian dari orang lain.
- Asas salunglung sabayantaka, artinya baik buru, mati hidup ditanggung bersama.
- Asas saling asih, saling asah, saling asuh, artinya saling menyayangi atau mencintai, saling memberi dan mengoreksi, serta saling tolong menolong antar sesama hidup.
Beberapa bentuk implementasi Tat Twam Asi dalam
kehidupan sehari-hari adalah hormat dan kasih kepada keluarga dan saudara,
hormat kepada guru dan teman-teman, serta cinta dan kasih kepada lingkungan di
sekitar. Beberapa dasar pedoman ajaran Tat Twam Asi yang perlu terapkan dalam
kehidupan sehari-hari yakni memandang semua manusia sama, melaksanakan Tri Kaya
Parisudha, ikut merasakan penderitaan orang lain, serta mengamalkan Catur
Paramita dan Tri Parartha.
Jadi, Tat Twam Asi merupakan kata kunci untuk dapat
membina agar terjalinnya hubungan yang serasi atas dasar “asah, asih, dan asuh”
di antara sesama hidup. Dengan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi secara baik dan
benar, maka kedamaian dunia yang kita impikan akan dengan mudah kita dapatkan.
Sekian dari saya, semoga postingan dalam blog ini bermanfaat bagi para pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada pembaca.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Sekian dari saya, semoga postingan dalam blog ini bermanfaat bagi para pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada pembaca.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Dalam Sarasamuscaya:
317, menyatakan:
Orang arif bijaksana melihat semuanya sama, baik kepada brahmana budiman yang rendah hati, maupun terhadap makhluk hidup lainnya, orang yang hina papa sekalipun, walaupun perbuatan jahat yang dilakukan orang terhadap dirimu, perbuatan seperti orang sadhu hendaknya sebagai balasanmu. Janganlah sekali-kali membalas dengan perbuatan jahat, sebab oprang yang berhasrat berbuat kejahatan itu pada hakekatnya akan menghancurkan dirinya sendiri
Sumber referensi artikel
- Hendra Novayana, "Tat Twam Asi". My_World. http://worlddehendra.blogspot.com/2013/11/tat-twam-asi.html [diakses tanggal 29 Mei 2018]
- Juni Setiawan, "Tat Twam Asi, Tri Hita Karana dan Tri Kaya Parisudha dalam Kehidupan Sehari-hari". 15 November 2014. http://banggajadihindu.blogspot.com/2014/11/tat-twam-asi-tri-hita-karana-dan-tri.html [diakses tanggal 29 Mei 2018]
- Ni Komang Purwati, "Tat Twam Asi". 3 Desember 2014. http://materiagamahindu.blogspot.com/2014/12/tat-twam-asi.html [diakses tanggal 29 Mei 2018]
No comments: